Kamis, 27 Agustus 2015

Bagaimana kelanjutannya?

Part 2-

            Setelah kejadian malam itu, Azer tak sadarkan diri selama 3 hari, bahkan badannyapun tidak pernah menunjukkan tanda bergerak. Azer terlihat seperti orang yang sedang koma dibandingkan sedang pingsan. Ibunya tau hal itu, sebagai seorang ibu, Ia merasakan bagaimana parah anaknya sekarang. Dokter sudah menyarankan sebaiknya Azer dirawat dirumah sakit saja, tetapi Ibunya tidak mau, Ia hanya ingin anaknya dirawat dirumah saja dengan alasan “perasaan seorang ibu”.
            Ibunya memandang Azer sebentar, kemudian menghela nafas “haaaah”. Kemudian berjalan ke arah meja lampu tepat disebelah tempat tidur Azer. Diatas meja tersebut, terdapat piring dan gelas yang disiapkan Ibunya apabila anaknya nanti terbangun dan lapar. Tetapi, sudah 3 hari berlalu, berarti sudah 3 hari juga makanan yang dibuat ibunya sia-sia. Ketika hendak mengambil meja dan piring tersebut, samar-samar Ia melihat tangan Azer bergerak-gerak. Langsung dipalingkan mukanya menghadap Azer, dilihatnya selama beberapa menit, tetapi kenyataan yang dilihatnya tidak ada sedikitpun tanda Azer bergerak. Dengan muka kecewa, Ia menghela nafas dan berkata “haaaaaah.... mungkin aku terlalu kelelahan sehingga melihat halusinasi. Mungkin setelah ini aku harus istirahat. Lagian, sudah tiga hari aku nggak tidur nyenyak”
            Tiba-tiba, Azerpun bangun. Ibunya terkejut, Azer melihat sekeliling kamar dan kemudian badannya bergetar tertahan seperti orang yang menggeram. Lalu secara tak disangka Ia berteriak sangat kencang “AAAAAAAHHH!!!” kepalanya menghadap keatas, matanya terbelalak putih, mulutnya terbuka lebar, badannya mengejang kaku.
            Ibunya sangat kaget melihat kejadian itu, Ia berjalan kebelakang kemudian terjatuh kehilangan keseimbangan, Ibunya tidak percaya, yang dilihatnya benar-benar mengerikan, keadaan Azer saat itu benar-benar seperti orang kesurupan, hawa panaspun mengelilingi kamar Azer.
            Selang beberapa waktu, Azerpun tersadar, kebingungan, dilihatnya lagi sekeliling ruangan itu, kemudian matanya tertuju kebawah, dilihatnya ibunya tersungkur dibawah dengan ekspresi seperti orang ketakutan. Azer lalu penasaran dan bertanya “ehmmm.. ibu ngapain duduk disitu? Kan bisa duduk dikursi sebelah”
            “Jangan bercanda terus kamu! Kamu mengagetkan Ibu tadi tau nggak!” jawab Ibu Azer sambil berdiri.
            “Maksud Ibu apa ya? Saya nggak ngerti, emang saya tadi ngapain ya bu?” jawab Azer mengernyitkan dahinya.
            “Kamu... ini!!” jawab Ibunya sambil mengepalkan tangan, tetapi kemudian tersadar karena anaknya ternyata sudah sadar, ekspresinya berubah dan langsung memeluk anaknya “Anakku.... syukurlah kamu sudah bangun, Ibu kira kamu benar-benar nggak bisa bangun lagi”
            Ibunya memeluk erat anaknya sambil menahan tangis haru. Ia tidak tau apa yang akan terjadi kalau anaknya tidak bangun.
            “Bu, aku benar-benar nggak ngerti, maksud ibu apa? Kenapa tangan saya di infus begini? Jelasin dong bu, lagian sesak nafasku ini, tolong jangan kencang-kencang meluknya” tanya Azer, sekaligus protes terhadap kelakuan ibunya.
            “ooh... maaf nak, ibu nggak sadar, hehehe” jawab ibunya nyengir
            “Buuu... tadi bang Azer teriak-teriak ya? Kenapa? bang Azer kesurupan lagi ya?” tiba-tiba terdengar suara anak kecil dari luar pintu.
            Ibu Azer lalu berjalan kearah pintu, kemudian membukanya, ternyata suara itu adalah suara adiknya Azer, Syripanzo, laki-laki berumur 10 tahun, untuk seumuran anak sepantarannya, Anzo bertubuh pendek, berisi, putih, rambutnya jarang kalau dilihat dari jauh seperti anak tuyul, mukanya polos dan imut apalagi kalau sedang tersenyum, Anzo merupakan anak terpintar disekolahnya dan disukai teman-temannya, Ia juga terkenal pemberani dan tidak takut mencela gurunya apabila gurunya salah. Bahkan Ia hampir dikeluarkan dari sekolah karena tingkahnya sering memalukan guru dan sekolahnya.
            Berbeda dengan Azer yang, walaupun Ia jenius, berbakat dalam segala hal dan terkenal penentang, Ia tidak berani melawan yang lebih tua apalagi gurunya sendiri, dan juga yang membedakan adalah, walaupun Azer jenius, tetapi Ia juga pemalas, orang yang sering begadang dan bermain game dimalam hari. Tak jarang disekolah Ia sering tidur, dimarahin dan diancam akan diturunkan rangkingnya kalau Ia terus-terusan seperti itu. tetapi Azer tidak peduli, malahan semua ancaman yang dikatakan gurunya tidak pernah terjadi, Azer merupakan kebanggaan sekolah dan Ia juga sering mengharumkan nama sekolahnya.
            “eh, udah pulang nak? Kok cepet?” Ibu Tasyra bertanya pada anaknya kemudian melihat jam dinding. Terlihat bahwa jam masih menunjukkan jarum pendeknya kearah 10 pagi.
            “kata ibu guru tadi, Anzo disuruh pulang lebih awal” jawab Anzo polos.
            “Eh, kok bisa? Kenapa? Kamu sakit ya?” tanya ibunya penasaran
            “nggak tau, nggak tau, nggak” jawab Anzo polos
            “terus kenapa? Itu kok tiki hancur gitu?” kata ibunya, lalu melihat kearah kantong celana anaknya. Tiki adalah tikus robot buatan Anzo, walaupun masih kecil dan polos, Anzo sangat berminat dalam masalah tekhnologi, bahkan setiap hari Anzo selalu membaca buku yang tebal-tebal, saking maniak jeniusnya.
            “gara-gara ibu guru! Tadi waktu Anzo main lagi ngeliatin tiki ke teman-teman, Ia malah meloncat kabur dan duduk dikursi bu guru, waktu Anzo mau ngejar tiki di kursi bu guru, bel tanda masuk udah bunyi, bu guru masuk udah t langsung dudukin tiki, yaudah tikinya nyetrumin ibu guru, ibu gurunya pingsan, jadinya Anzo disuruh pulang sama guru di BK selama 3 hari” Anzo menjelaskan apa yang terjadi selama disekolah dengan wajah polos.
            “ya ampun nak, itu salah kamu kenapa kamu nggak cerita dari tadi?” jawab ibunya menepuk jidat
            “kok Anzo yang salah sih bu? Kan yang salah ibu guru, kenapa langsung duduk nggak meriksa dulu apa yang ada ditempat duduknya” jawab Anzo, mukanya berubah dari polos menjadi sebal
            “Tapi nak, kan gara-gara kamu Tiki lepas terus duduk ditempat bu guru” jawab Ibu Tasyra mencoba menjelaskan
            “loh, kan Tiki lepas sendiri bu, bukan Anzo yang ngelepasin, kalau Anzo yang ngelepasin terus nyuruh Tiki duduk dikursi guru baru Anzo yang salah” jawab Anzo ngotot
            Ibu Tasyra berpikir lalu berkata dalam hati “benar juga kata Anzo, tapi pemikiran dia terlalu rumit untuk dimengerti kalau nggak dipikir baik-baik”.
            “yasudahla, besok ibu bakal datang kesekolah kamu untuk minta maaf. Pokoknya jangan diulangi lagi ya, kalau bisa Tiki jangan dibawa kesekolah” jawab Ibunya sambil berjalan kebawah, hendak menaruh piring dan gelas ketempat cucian.
            “kenapa nggak boleh? Kan Tiki buatan Anzo, jadi terserah Anzo dong mau bawa Tiki atau nggak” jawab Anzo sambil melipat tangan dan membuang muka, gayanya persis seperti orang dewasa.
            “kan Ibu bilang kalau bisa tadi kan?” jawab ibunya berhenti langsung menghadap mukanya kearah anaknya dengan tatapan mengerikan
            “ekh, i...ya... bu” jawab Anzo takut, semula ekspresinya yang sok dewasa berubah jadi seperti orang depresi.

            Suasana dirumah Azer kembali hening setelah itu, disana hanya tinggal Azer dan Anzo berdua, ibunya sedang pergi kepasar bersama teman arisannya, jadi ibunya meminta Anzo untuk menjaga Azer untuk sementara waktu, semula Anzo menolak karena ia lebih memilih bermain atau melanjutkan riset robotnya. Tapi berubah pikiran setelah ibunya berjanji bakal membelikannya chiki cheetah yang jumbo.
            Azer yang sedang membaca buku sambil duduk diatas kasur bersama adiknya yang duduk disebelahnya. Tatapan adiknya tajam, dilihatnya abangnya dari atas kemudian kebawah, lalu Ia mengendus kemudian berpikir. Azer, walaupun fokus tetapi juga agak terganggu oleh tingkah adiknya itu, apalagi setelah adiknya memegang kakinya pelan-pelan terus memegang telapak kakinya Azer.
            “Ngapain sih kamu Nzo?” tanya Azer kepada adiknya
            “hmmm..” kemudian Anzo melipat tangannya, matanya menerawang keatas, mulutnya seperti orang yang sedang merengut. Ia sedang berpikir, berpikir dan berpikir. Azer melongok melihat adiknya.
            “ham hem ham hem, kalau kamu bosan nggak ada kerjaan, mendingan kamu main PS sana” jawab Azer sambil menunjuk kesamping tempat tidurnya. Memang, dikamar Azer ada ps
            “Anzo nggak bosan bang, malah Anzo menemukan sesuatu yang menarik dari abang, mungkin bisa jadi sesuatu yang hebat nantinya” jawab Anzo yakin
            “hah? Apa yang menarik?” jawab Azer dengan muka bingung, dilihatnya seluruh badannya, tidak ada yang menarik katanya
            “abang kan kesurupan..”
            “terus?”
            “apa abang ingat waktu kejadian kakak kesurupan?” tanya Anzo serius
            “Ini anak kesambet apaan, lagaknya udah kayak detective” kata Azer dalam hati.
            “nggak tau, abang nggak ingat apa-apa kejadiannya, waktu ibu cerita tadi, abang nggak tau apa-apa tentang kejadian kemarin” jawab Azer
            “abang tau nggak, kalau orang kesurupan biasanya bakal kesurupan lagi, dikepalanya ada lubang kecil yang nggak terlihat, disitulah tempat mahluk halus masuk. Cuman orang pintar yang bisa tau tempatnya, dan Cuma orang pintar itu juga yang bisa nutup lubangnya. Kalau nggak ditutup bisa-bisa kesurupan lagi bang” Anzo menjelaskan dengan muka seriusnya.
            “Hei dek, abang tau kamu tertarik sama tekhnologi, malah kamu bisa buat robot, itu aja udah buat abang aneh sama kamu. Tapi kamu juga tertarik sama mahluk halus? Abang  nggak taulah kamu ini mahluk apa”
            “tolong deh bang, sekarang bukan zaman tekhnologi dan manusia lagi. Sekarang udah zamannya tekhnologi, manusia, dan mahluk halus bisa hidup bersama, manusia sekarang banyak teman. Abang ingat dengan jojo nggak? Pembantu rumah kita, dia itu mahluk halus bang, penjaga rumah kita” jawab Anzo memberi penjelasan.
            “hah? Jadi jojo itu setan? Penjaga rumah?” Azer terkejut, mulutnya menganga besar
            “abang nggak tau?” jawab Anzo lebih lebar lagi mulutnya menganga
            “nggak, gimana abang bisa tau? Bedainnya gimana coba?” jawab Azer polos
            “gimana abang bisa nggak tau, ibu sama Anzo bisa bedainnya, masa abang nggak bisa?” jawab Anzo
            “nggak bisa, kok bisa mahluk halus dilihat manusia biasa? Kan mereka nggak punya tubuh?” tanya Azer lagi
            “berarti abang benar-benar nggak tau ya?” lalu Anzo keluar, beberapa menit kemudian Anzo kembali membawa buku yang tebal lalu memberikannya pada Azer
            “daripada Anzo menjelaskan panjang lebar, mending abang baca buku ini” Azer menerima buku tersebut dan membaca judulnya. “Perang dunia III: Sejarah peradaban terhebat” itulah judulnya.
            “oke nanti abang baca, tapi kasih tau abang gimana cara bedain mahluk halus sama manusia biasa” tanya Azer lagi
            “Anzo nggak bisa jelasin ke abang gimana caranya, Anzo nggak pernah belajar gimana caranya karena udah bawaan lahir bang. Tapi kalau Anzo ingat-ingat, yang membedakan mahluk halus sama manusia biasa itu mahluk halus nggak punya tulang belakang” jawab Anzo nyengir
            “udah ah, ibu udah pulang kayaknya, mau nagih chiki dulu” kata Anzo sambil berlari gembira
            Didalam kamar itu, Azer tertegun sambil melihat buku yang diberikan oleh adiknya tersebut. Tak beberapa lama dibacanya buku bagian belakang, dan tulisan itu berbunyi:

Perang dunia ke III membawa dampak besar terhadap perubahan duniaTakluknya negara-negara pergabungan yang disebut negara Uni Oasis terhadap negara pergabungan Uni BertinAkhir dari perang tersebut menghasilkan perjanjian damai dan terbentuknya pemerintahan baru, semua negara bergabung terhadap pemerintahan baru yang dipimpin oleh 10 orang dan pusat pemerintahan tersebut bernama “Holy Land” Polis BathlaemPemerintah Dunia yang baru memproklamirkan zaman ini sebagai “Age Of Dimension” dimana tak ada batasan lagi terhadap dimensi kehidupan mahluk berwujud dan mahluk tak berwujud



Bersambung-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar